(I) Aku ? Kata orang setengah
dari sosok diriku adalah keanehan dan setengahnya lagi adalah kebodohan. Lucu
sekali kalau berpikir kenapa aku hidup selama ini. Tapi, kalau sampai ada
serangan Alien ke bumi dan mereka ingin menghancurkan umat manusia, rasanya aku
akan bertahan hidup.
(II)
Dia ? Kata orang
sifatnya terlalu baik, lalu banyak orang berpikir mengesampingkan dia dengan
berkata “ tidak mengapa, toh dia baik “.
Benar
itu kita ? ya, itu kita menurut mereka. Setidaknya dia tidak rugi telah berbuat
baik untuk membahagiakan mereka, dan setelahnya (mungkin) dia akan bahagia. Begitu
pula denganku yang menjadi manusia paling beruntung karena bisa bertahan hidup
saat alien menyerang bumi. Hmm...lalu yang menjadi pertanyaan serius adalah
kenapa Alien tidak membunuhku seperti manusia lainnya ? Apakah para Alien itu
sebenarnya juga terdiri dari komposisi kebodohan dan keanehan, sehingga mereka
melihat aku sebagai “teman segenus” yang tidak mungkin dimusnahkan ? Ataukah
secara morfologi aku dan Alien memiliki antena yang sama di bagian telinga ?
Aku sudah curiga sejak lama kalau aku berbeda dengan manusia pada umumnya. Saat
“kelainan” ini aku tanyakan kepada ibu ku, ternyata ia hanya berdiam tak
mengucapkan apapun dan wajahnya pun kaku seakan tidak tahu apa yang terjadi. Apa
malah kedua alasan itu benar ? sudah kuduga, mereka pasti senang dengan
kenyataan ini. Yaah..kalau memang benar adanya seperti itu, aku sepertinya
tidak khawatir lagi walaupun harus ikut ke planet Alien tersebut. Mungkin
disana aku akan memulai kembali kehidupan baru, merasakan kehidupan tanpa
keanehan dan kebodohan versi manusia.
( Boleh tahu nama planetnya teman ? |
Tidak..tidak ini rahasia ! Aku pasti akan dibunuh apabila memberitahu nama
planet Alien tersebut ! Sudah tutup mulut mu ! .....
... Satu pertanyaan lagi teman sebelum
aku kembali bekerja ? | Baik, katakan | Apakah di planet tersebut antena di
telinga seperti anda bukan lagi disebut kelainan ? Betul sekali, lain halnya di
bumi, disini hampir semua yang kalian katakan “kelainan” adalah normal bagi
kami, dan menurut kami yang tidak “normal”
akan dihukum mati | Hmmm..tapi
aku sekarang normal teman... | Normal
di bumi maksudnya? | Benar teman.. | Ya
tentu saja kamu akan dihukum mati di planet kami.....)
Sekarang
aku akan menulis cerita mengenai percintaanku sebagai seorang manusia yang
telah beranjak dewasa. Kenapa harus masalah percintaan yang musti aku bahas ?
Apakah tidak ada hal lain yang jauh lebih masuk akal untuk orang aneh dan bodoh
sepertiku ? Itu kata meraka. Sepertinya aku lebih layak untuk memberitahu mengenai
keanehan akan hobiku memakan kertas yang telah dicampur pasta gigi rasa jeruk ?
Atau kembali menceritakan kebodohanku setelah membunuh teman sendiri di kolam
renang ? Ya, itu masih kata mereka. Tidak, sebenarnya alasanku sederhana dan
dapat dimengerti, yaitu karena “ jatuh cinta” merupakan kisah terakhirku di
bumi sebelum aku memutuskan tinggal dan berkoloni dengan para Alien. Tentu saja
kisah tersebut masih kuat di pikiranku. Ini bukan kata meraka....
( Aku beritahu bahwa sesampainya di
planet Alien, ternyata aku tidak dimasukkan ke mesin cuci otak seperti yang aku
bayangkan sebelumnya ! Aku masih bebas mengenang masa lalu ku sebagai manusia
loh ! Wah, Alien yang bijak )
Kisah
cinta ini terjadi sebelum adanya serangan bangsa Alien ke bumi....
Begini...aku
termasuk orang yang dingin dan cuek terhadap wanita. Tetapi bukan berarti aku
lantas beralih kepada pria. Aku tetap mengagumi makhluk yang memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui ini,
baik secara fisik maupun perilakunya. Semakin dewasa tentu saja aku pun mulai menyadari bahwa kekagumanku itu
“ternyata” hanya sebatas untuk kepuasan
memiliki saja, tidak untuk menjaganya atau komitmen menumbuhkan cinta bersama
pasangan. Sikap “buruk” dalam berhubungan ini pun sebenarnya tidak lepas dari
teori konspirasi yang aku anut, yaitu “ Teori Manipulasi Cinta “. Cukup berani
dan penuh rasa optimistik di dalamnya, serta diperlukan keyakinan yang memenuhi
seluruh relung jiwa untuk menguatkan argumen tsb menjadi sebuah “–isme “ itu
sendiri. Bagaimana aku memanipulasi cinta itu ? ya, realistis dengan mematok
usia pernikahan ku di angka 37 tahun. Menurut ku itu usia yang cukup matang dan
setidaknya aku sudah berada di titik tertinggi suatu profesi dalam dunia kerja.
“Ke-realistis-an” tsb aku akui memang semu karena tdk ada satupun teori maupun
landasan yang cukup untuk mendasari argumen tentang hal itu. Aku pun tidak bisa
menjawab apabila mereka bertanya, “ Apakah di usia tsb aku dipastikan
mendapatkan cinta yang sebenarnya ? Bagaimana kalau aku menikahi wanita yang
salah ?“. Subyektif lagi ? sudahlah, aku anggap itu teori khusus bagiku .
Setidaknya untuk saat itu...
Ya
untuk saat itu, tetapi tidak lagi ampuh untuk saat ini... Saat dimana aku mulai
berkenalan dengannya..saat dimana beberapa minggu lagi Alien datang menyerang
bumi..
Kisah
cinta ini begitu cepat bahkan aku tidak menyadari kenapa hal ini bisa terjadi.
Cinta itu datang bagaikan badai matahari maksimum. Badai itu mengirimkan
partikel proton
bermuatan panas hingga 600 mil per detik. Tiap partikelnya memborbardir hatiku
dengan medan magnetik. Kekhawatiran
sempat mencuat bahwa cinta (read : badai matahari) ini akan menghambat sistem
jaringan sensor motorik dan sensorik, mengganggu navigasi penciumanku,
serta mengaburkan rute penglihatanku. Namun, sejauh ini tidak ada insiden besar seperti radiasi
yang menghambat pergerakan ku.
Aku
tahu bahwa cinta (read : badai matahari) merupakan siklus yang setiap saat bisa
datang dan kapan saja.
Tetapi “badai” kali
ternyata memiliki kekuatan 10 kali lipat dibanding badai angin matahari biasa
yang sebelumnya terjadi.
Badai Matahari
Mungkin
kalian bingung dengan apa yang terjadi. Aku bertemu dengannya secara tidak
sengaja. Bahkan awal mulanya hatiku ku pun tak merespon kehadirannya. Tetapi
ini tak biasa, ternyata antena di telingaku mengirim respon lain ke otak ku. Ia
menghantarkan
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum belakang agar
aku segera “merespon” dia. Di situlah terjadi gejolak dan perang dingin yang
luar biasa antara hati dan otak ku. Akhirnya aku memenangkan otak ku kali ini,
aku melihat pertanda yang tak biasa karena ini kedua kalinya antena ku bekerja
dalam hidup. Yang pertama saat ia berhasil mengungkap siapa sebenarnya jati
diri kakek ku selama ini, yang ternyata adalah Acanthacaris caeca atau biasa disebut
Lobster Samudera Dalam Atlantik. Ya benar kakek ku adalah seekor lobster. Aku
sekarang tahu mengapa ia seumur hidupnya selalu memasukkan tangannya ke dalam
saku. Ternyata itu bukan tangan tapi capit berwarna
merah...
Acanthacaris
caeca
Setelah itu,
aku pun inisiatif untuk mengetahui lebih dalam siapa “dia” sebenarnya. Apakah
dia seekor lobster seperti kakek ku juga ? atau sejenis makhluk lain ? aku pun
semakin tak sabar untuk mengetahuinya. Tapi memang secara postur tubuh, ia
berbeda dengan wanita pada umumnya, ia jauh lebih kecil ditambah dengan ukuran
kaki yang mungil pula. Selain itu yang menambah keunikan pada dirinya adalah ia
memiliki rambut halus seperti kumis pada bagian alis, atas mulut, pipi dan dagu.
Aku pun menduga bahwa kumis ini berakar
ke dalam folikel yang dikelilingi oleh jaringan otot yang sangat kaya akan sel
saraf dan sel-sel sensorik. Sel-sel saraf pada akar ini kemudian terhubung ke
area khusus dari otaknya. Kesimpulan yang dapat diambil sementara adalah kumis
ini berguna sebagai sistem pemindaian atau scanning lingkungan.
Inilah penampakannya :
Hipotesa itu memperkuat pendapatku
mengenai siapa sebenarnya dirinya. Yang jelas ia bukan manusia biasa. Ataukah
malah ia memang bukan manusia ?
( Wow kamu lebih pantas disebut mutan dengan antena mu
tersebut teman ? | Tidak masalah kamu menyebut aku mutan.. | Bisa beritahu
kelebihan antena mu teman ? | Sedikit saja, antena yang terpasang pada
telingaku merupakan antena super canggih dan fleksibel. Memiliki fungsi sebagai
communicator, Audio waveform device, Recording system, Zoom function, Infrared,
Thermal imaging, Pendiagnosa, Respirator, dll | Luar biasa teman !! | Cukup
untuk kali ini... )
Kemudian
setelah selesai mempelajari ciri – ciri anatomi tubuhnya, aku pun melanjutkan
penelitianku terhadap sifat – sifatnya. Satu hal yang khas pula ditemukan dalam
dirinya, ia selalu berkata “ iwyuh “ apabila merespon suatu hal dari lawan
pembicaraan atau sesuatu yang ia lihat secara visual, seperti pada saat aku
berkata “Eh liat deh tuh orang payah banget sih ! “,
ia pun lantas menjawabnya dengan “Iwyuh
bangett..”. Aku pun terpaksa harus
bertanya kepada ahli bahasa terkemuka, yaitu Prof Lionel Lakmus. Ia lalu menjelaskan
bahwa “iwyuh” adalah kata yang terdapat pada naskah Voynich
Manuscript yang merupakan ‘Naskah Paling Misterius di Dunia”. Sejak
ditemukan pada abad pertengahan, artefak kuno ini tidak dapat diterjemahkan
oleh ahli bahasa siapapun di dunia hingga sekarang. Ia pun menambahkan bawah
naskah tersebut sepertinya ditulis dalam bahasa Alien. Fakta yang mencengangkan
menurutku. Sudah kuduga bahwa dengan bukti – bukti otentik yang ada, ia adalah
Alien....
Voynich Manuscript
Karena aku putus asa dan patah arang untuk
menelusurinya lebih dalam, aku pun memberanikan diri untuk bertanya mengenai
arti sebenarnya dari kata “iwyuh” yang misterius dan mengguncang dunia
tersebut. Aku pun sudah siap mati apabila ia menembakan senjata plasma yang
mengeluarkan sinar laser
bercahaya tiga dan melelahkan
kepalaku sambil berkata “El Diablo que hace
trofeos de los hombres !!”,
ketika aku bertanya hal
itu kepada dirinya. Tapi itu ternyata tak terjadi, dengan tenang dan muka lugu,
ia pun menjawab bahwa : “Iwyuh artinya jijik, pengen muntah cuma
diimut-imutin, biasanya di gunakan pada orang alay yang merendahkan rakyat
jelata, Mulai populer di era 2012 pada sinetron putih abu-abu”. Ya
benar...ia memang ternyata Alien.... (Terdiam
beberapa mili detik)
Aku tahu ia adalah Alien, tapi tak menghalangi niat
ku untuk semakin dekat dengannya. Bahkan aku merasakan ada ikatan sosok yang
“sama” pada dirinya dengan diriku. Aku pada butir (I), ternyata dianggap beda
oleh mereka akibat pemikiran dan perilaku ku. Padahal aku yakin kalau diriku
masih manusia. Tetap saja kata mereka bahwa aku masih berbeda. Di sisi lain,
dirinya pada butir (II), itu sifat manusia ideal kan ? lebih tepatnya, kalau
dia berusaha menjadi “sosok manusia” yang baik bagi lingkungannya. Tetapi ternyata
pada akhirnya dia tidak mendapatkan balasan kebaikan yang setimpal dari mereka.
Lalu siapa yang salah ? Aku dan Dia ? Atau mereka ?
Hubungan kita pun semakin dekat..sangat dekat.
Perbedaan planet bukanlah alasan kita untuk tidak belajar kepribadian masing –
masing. Kita pun merasakan kenyamanan tanpa adanya hambatan yang berarti. Kita
akhirnya menjalin suatu komitmen ke tahap yang lebih serius....
Akhirnya....bangsa Alien pun menyerang bumi. Dunia
ini porak-poranda. Gabungan kekuatan Negara Adidaya macam Maladewa, Samoa
Barat, Swaziland , Suriname dan Bostwana pun tidak mampu melawan teknologi
super canggih para serdadu Alien tersebut. Dalam situasi yang hiruk-pikuk itu
otomatis membuat diriku pucat dan berkata kepada diri sendiri “ ya aku akan mati disini “. Tetapi ada
yang aneh, dia di sebelahku seakan tak takut atas teror yang mengerikan yang
terjadi dihadapannya. “Tidak biasa” untuk seorang wanita. Belum sempat
memikirkan ini lebih jauh, aku dan dia akhirnya tertangkap oleh Alien. Yang
membuatku terkejut, dia ternyata melakukan interaksi dengan Alien tersebut lewat
semacam kode/sandi/bahasa seperti ini :
Dia :
Mengapa kalian
datang ke bumi ?
Alien:
Ya, aku datang
untuk menjemput tuan putri kembali. Manusia ternyata tidak menghargai mu disini.
Kita akan memusnahkan mereka !
Dia
: Hentikan
perbuatan kalian ! Aku tidak apa apa. Aku ikhlas. Yang penting aku sudah
berbuat baik. Tuhan mendengarnya dan dia memberikan pria yang tepat kepadaku
saat ini.
Alien
:
Siapa pria itu
tuan putri ?
Dia
:
Itu !! ( sambil menunjuk ke arah ku )
Alien
:
Dia bodoh dan aneh.
Dia
:
Itulah dia !
Tolong hentikan semua ini. Pergilah kembali ke rumah !
Alien :
Alien :
Baiklah. Tapi kita tidak akan pergi tanpa
tuan putri.
Dia
: Baiklah,
aku ikut kalian. Tapi janji untuk hentikan semua ini. Tapi aku boleh
mengajaknya ikut kan ?
Alien
:
Baiklah, lakukan sesuka anda tuan putri.
Belum selesai sistem penganalisa bahasa antena ku
bekerja, aku sudah ditarik untuk naik ke armada luar angkasa raksasa yang
terlihat mirip dengan USS Enterprise dalam serial Star Trek.
Sepintas antena ku menerjemahkan bahwa mereka berbicara seperti menggunakan
bahasa MT Ektra dalam MS Word. Lanjut cerita, aku pun sedih harus meninggalkan
bumi untuk waktu yang aku sendiri tidak tahu kapan akan kembali. Tapi
setidaknya kesedihanku dapat terobati, aku tetap bersama dia di kapal ini untuk
pergi ke planetnya. Ternyata memang benar dia adalah Alien. Tidak ada keputusan
lain yang dapat aku ambil sekarang selain melanjutkan perjalanan ini.
Perjalanan menuju dunia baru....
( Hei bangun pemalas ! kamu sudah tertidur seharian dan
tidak bangun ! Mau jadi apa kamu kalau tidak peduli dengan dirimu sendiri nak !!
( menggedor sambil membuka pintu kamar ) | Hah, ini semua mimpi yah bu ?!? Dia
dan Alien itu...( kaget dan terbangun ) | Ibu tidak peduli kamu bermimpi bertemu Alien atau apalah, tapi
yang jelas segera bangun !! | Ah sayang sekali ini cuma mimpi, aku harap ini
menjadi kenyataan ( menggumam dengan suara berbisik..) | Kenapa diam saja !
jangan bertindak aneh dan bodoh seperti itu ! segera mandi dan lakukan tugasmu
!! | IYAAA santaiii !!! aku bangun.. tapi ibu jangan tega bilang aku bodoh dan aneh lagi dong !
Setidaknya aku kan anak ibu sendiri ! Lihat antena di telingaku sekarang..ini
turunan dari kakek kan !!! | Hmmmmm...( ibuku ke luar kamar tanpa berbicara,
malah menutup pintu kamarku lagi dengan pelan dan tak bersuara...hingga pintu
tsb tertutup rapat kembali...... )