Thursday, September 27, 2012

PARAMNESIA



 Kontributor JALU ANDHIKA

(I)          Aku ? Kata orang setengah dari sosok diriku adalah keanehan dan setengahnya lagi adalah kebodohan. Lucu sekali kalau berpikir kenapa aku hidup selama ini. Tapi, kalau sampai ada serangan Alien ke bumi dan mereka ingin menghancurkan umat manusia, rasanya aku akan bertahan hidup.

(II)             Dia ? Kata orang sifatnya terlalu baik, lalu banyak orang berpikir mengesampingkan dia dengan berkata “ tidak mengapa, toh dia baik “.

Benar itu kita ? ya, itu kita menurut mereka. Setidaknya dia tidak rugi telah berbuat baik untuk membahagiakan mereka, dan setelahnya (mungkin) dia akan bahagia. Begitu pula denganku yang menjadi manusia paling beruntung karena bisa bertahan hidup saat alien menyerang bumi. Hmm...lalu yang menjadi pertanyaan serius adalah kenapa Alien tidak membunuhku seperti manusia lainnya ? Apakah para Alien itu sebenarnya juga terdiri dari komposisi kebodohan dan keanehan, sehingga mereka melihat aku sebagai “teman segenus” yang tidak mungkin dimusnahkan ? Ataukah secara morfologi aku dan Alien memiliki antena yang sama di bagian telinga ? Aku sudah curiga sejak lama kalau aku berbeda dengan manusia pada umumnya. Saat “kelainan” ini aku tanyakan kepada ibu ku, ternyata ia hanya berdiam tak mengucapkan apapun dan wajahnya pun kaku seakan tidak tahu apa yang terjadi. Apa malah kedua alasan itu benar ? sudah kuduga, mereka pasti senang dengan kenyataan ini. Yaah..kalau memang benar adanya seperti itu, aku sepertinya tidak khawatir lagi walaupun harus ikut ke planet Alien tersebut. Mungkin disana aku akan memulai kembali kehidupan baru, merasakan kehidupan tanpa keanehan dan kebodohan versi manusia.

( Boleh tahu nama planetnya teman ? | Tidak..tidak ini rahasia ! Aku pasti akan dibunuh apabila memberitahu nama planet Alien tersebut ! Sudah tutup mulut mu ! .....
... Satu pertanyaan lagi teman sebelum aku kembali bekerja ? | Baik, katakan | Apakah di planet tersebut antena di telinga seperti anda bukan lagi disebut kelainan ? Betul sekali, lain halnya di bumi, disini hampir semua yang kalian katakan “kelainan” adalah normal bagi kami, dan menurut kami yang tidak “normal”  akan dihukum mati | Hmmm..tapi  aku sekarang normal teman... |  Normal di bumi maksudnya? | Benar teman.. |  Ya tentu saja kamu akan dihukum mati di planet kami.....)

Sekarang aku akan menulis cerita mengenai percintaanku sebagai seorang manusia yang telah beranjak dewasa. Kenapa harus masalah percintaan yang musti aku bahas ? Apakah tidak ada hal lain yang jauh lebih masuk akal untuk orang aneh dan bodoh sepertiku ? Itu kata meraka. Sepertinya aku lebih layak untuk memberitahu mengenai keanehan akan hobiku memakan kertas yang telah dicampur pasta gigi rasa jeruk ? Atau kembali menceritakan kebodohanku setelah membunuh teman sendiri di kolam renang ? Ya, itu masih kata mereka. Tidak, sebenarnya alasanku sederhana dan dapat dimengerti, yaitu karena “ jatuh cinta” merupakan kisah terakhirku di bumi sebelum aku memutuskan tinggal dan berkoloni dengan para Alien. Tentu saja kisah tersebut masih kuat di pikiranku. Ini bukan kata meraka....

( Aku beritahu bahwa sesampainya di planet Alien, ternyata aku tidak dimasukkan ke mesin cuci otak seperti yang aku bayangkan sebelumnya ! Aku masih bebas mengenang masa lalu ku sebagai manusia loh ! Wah, Alien yang bijak )

Kisah cinta ini terjadi sebelum adanya serangan bangsa Alien ke bumi....
Begini...aku termasuk orang yang dingin dan cuek terhadap wanita. Tetapi bukan berarti aku lantas beralih kepada pria. Aku tetap mengagumi makhluk yang memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui ini, baik secara fisik maupun perilakunya. Semakin dewasa tentu saja  aku pun mulai menyadari bahwa kekagumanku itu “ternyata” hanya sebatas untuk  kepuasan memiliki saja, tidak untuk menjaganya atau komitmen menumbuhkan cinta bersama pasangan. Sikap “buruk” dalam berhubungan ini pun sebenarnya tidak lepas dari teori konspirasi yang aku anut, yaitu “ Teori Manipulasi Cinta “. Cukup berani dan penuh rasa optimistik di dalamnya, serta diperlukan keyakinan yang memenuhi seluruh relung jiwa untuk menguatkan argumen tsb menjadi sebuah “–isme “ itu sendiri. Bagaimana aku memanipulasi cinta itu ? ya, realistis dengan mematok usia pernikahan ku di angka 37 tahun. Menurut ku itu usia yang cukup matang dan setidaknya aku sudah berada di titik tertinggi suatu profesi dalam dunia kerja. “Ke-realistis-an” tsb aku akui memang semu karena tdk ada satupun teori maupun landasan yang cukup untuk mendasari argumen tentang hal itu. Aku pun tidak bisa menjawab apabila mereka bertanya, “ Apakah di usia tsb aku dipastikan mendapatkan cinta yang sebenarnya ? Bagaimana kalau aku menikahi wanita yang salah ?“. Subyektif lagi ? sudahlah, aku anggap itu teori khusus bagiku . Setidaknya untuk saat itu...

Ya untuk saat itu, tetapi tidak lagi ampuh untuk saat ini... Saat dimana aku mulai berkenalan dengannya..saat dimana beberapa minggu lagi Alien datang menyerang bumi..

Kisah cinta ini begitu cepat bahkan aku tidak menyadari kenapa hal ini bisa terjadi. Cinta itu datang bagaikan badai matahari maksimum. Badai itu mengirimkan partikel proton bermuatan  panas hingga 600 mil per detik. Tiap partikelnya memborbardir hatiku dengan medan magnetik. Kekhawatiran sempat mencuat bahwa cinta (read : badai matahari) ini akan menghambat sistem jaringan sensor motorik dan sensorik, mengganggu navigasi penciumanku, serta mengaburkan rute penglihatanku. Namun, sejauh ini tidak ada insiden besar seperti radiasi yang menghambat pergerakan ku. Aku tahu bahwa cinta (read : badai matahari) merupakan siklus yang setiap saat bisa datang dan kapan saja. Tetapi “badai” kali ternyata memiliki kekuatan 10 kali lipat dibanding badai angin matahari biasa yang sebelumnya terjadi.
Badai Matahari

Mungkin kalian bingung dengan apa yang terjadi. Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Bahkan awal mulanya hatiku ku pun tak merespon kehadirannya. Tetapi ini tak biasa, ternyata antena di telingaku mengirim respon lain ke otak ku. Ia menghantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum belakang agar aku segera “merespon” dia. Di situlah terjadi gejolak dan perang dingin yang luar biasa antara hati dan otak ku. Akhirnya aku memenangkan otak ku kali ini, aku melihat pertanda yang tak biasa karena ini kedua kalinya antena ku bekerja dalam hidup. Yang pertama saat ia berhasil mengungkap siapa sebenarnya jati diri kakek ku selama ini, yang ternyata adalah Acanthacaris caeca atau biasa disebut Lobster Samudera Dalam Atlantik. Ya benar kakek ku adalah seekor lobster. Aku sekarang tahu mengapa ia seumur hidupnya selalu memasukkan tangannya ke dalam saku. Ternyata itu bukan tangan tapi capit berwarna merah...

Acanthacaris caeca

Setelah itu, aku pun inisiatif untuk mengetahui lebih dalam siapa “dia” sebenarnya. Apakah dia seekor lobster seperti kakek ku juga ? atau sejenis makhluk lain ? aku pun semakin tak sabar untuk mengetahuinya. Tapi memang secara postur tubuh, ia berbeda dengan wanita pada umumnya, ia jauh lebih kecil ditambah dengan ukuran kaki yang mungil pula. Selain itu yang menambah keunikan pada dirinya adalah ia memiliki rambut halus seperti kumis pada bagian alis, atas mulut, pipi dan dagu. Aku pun menduga bahwa kumis ini berakar ke dalam folikel yang dikelilingi oleh jaringan otot yang sangat kaya akan sel saraf dan sel-sel sensorik. Sel-sel saraf pada akar ini kemudian terhubung ke area khusus dari otaknya. Kesimpulan yang dapat diambil sementara adalah kumis ini berguna sebagai sistem pemindaian atau scanning lingkungan. Inilah penampakannya :


Hipotesa itu memperkuat pendapatku mengenai siapa sebenarnya dirinya. Yang jelas ia bukan manusia biasa. Ataukah malah ia memang bukan manusia ?

( Wow kamu lebih pantas disebut mutan dengan antena mu tersebut teman ? | Tidak masalah kamu menyebut aku mutan.. | Bisa beritahu kelebihan antena mu teman ? | Sedikit saja, antena yang terpasang pada telingaku merupakan antena super canggih dan fleksibel. Memiliki fungsi sebagai communicator, Audio waveform device, Recording system, Zoom function, Infrared, Thermal imaging, Pendiagnosa, Respirator, dll | Luar biasa teman !! | Cukup untuk kali ini... )

Kemudian setelah selesai mempelajari ciri – ciri anatomi tubuhnya, aku pun melanjutkan penelitianku terhadap sifat – sifatnya. Satu hal yang khas pula ditemukan dalam dirinya, ia selalu berkata “ iwyuh “ apabila merespon suatu hal dari lawan pembicaraan atau sesuatu yang ia lihat secara visual, seperti pada saat aku berkata Eh liat deh tuh orang payah banget sih ! “, ia pun lantas menjawabnya dengan “Iwyuh bangett..”. Aku pun  terpaksa harus bertanya kepada ahli bahasa terkemuka, yaitu Prof Lionel Lakmus. Ia lalu menjelaskan bahwa “iwyuh” adalah kata yang terdapat pada naskah Voynich Manuscript yang merupakan  ‘Naskah Paling Misterius di Dunia”. Sejak ditemukan pada abad pertengahan, artefak kuno ini tidak dapat diterjemahkan oleh ahli bahasa siapapun di dunia hingga sekarang. Ia pun menambahkan bawah naskah tersebut sepertinya ditulis dalam bahasa Alien. Fakta yang mencengangkan menurutku. Sudah kuduga bahwa dengan bukti – bukti otentik yang ada, ia adalah Alien....

Voynich Manuscript

Karena aku putus asa dan patah arang untuk menelusurinya lebih dalam, aku pun memberanikan diri untuk bertanya mengenai arti sebenarnya dari kata “iwyuh” yang misterius dan mengguncang dunia tersebut. Aku pun sudah siap mati apabila ia menembakan senjata plasma yang mengeluarkan sinar laser bercahaya tiga dan melelahkan kepalaku sambil berkata El Diablo que hace trofeos de los hombres !!”, ketika aku bertanya hal itu kepada dirinya. Tapi itu ternyata tak terjadi, dengan tenang dan muka lugu, ia pun menjawab bahwa :  “Iwyuh artinya jijik, pengen muntah cuma diimut-imutin, biasanya di gunakan pada orang alay yang merendahkan rakyat jelata, Mulai populer di era 2012 pada sinetron putih abu-abu”. Ya benar...ia memang ternyata Alien.... (Terdiam beberapa mili detik)

Aku tahu ia adalah Alien, tapi tak menghalangi niat ku untuk semakin dekat dengannya. Bahkan aku merasakan ada ikatan sosok yang “sama” pada dirinya dengan diriku. Aku pada butir (I), ternyata dianggap beda oleh mereka akibat pemikiran dan perilaku ku. Padahal aku yakin kalau diriku masih manusia. Tetap saja kata mereka bahwa aku masih berbeda. Di sisi lain, dirinya pada butir (II), itu sifat manusia ideal kan ? lebih tepatnya, kalau dia berusaha menjadi “sosok manusia” yang baik bagi lingkungannya. Tetapi ternyata pada akhirnya dia tidak mendapatkan balasan kebaikan yang setimpal dari mereka. Lalu siapa yang salah ? Aku dan Dia ? Atau mereka ?

Hubungan kita pun semakin dekat..sangat dekat. Perbedaan planet bukanlah alasan kita untuk tidak belajar kepribadian masing – masing. Kita pun merasakan kenyamanan tanpa adanya hambatan yang berarti. Kita akhirnya menjalin suatu komitmen ke tahap yang lebih serius....

Akhirnya....bangsa Alien pun menyerang bumi. Dunia ini porak-poranda. Gabungan kekuatan Negara Adidaya macam Maladewa, Samoa Barat, Swaziland , Suriname dan Bostwana pun tidak mampu melawan teknologi super canggih para serdadu Alien tersebut. Dalam situasi yang hiruk-pikuk itu otomatis membuat diriku pucat dan berkata kepada diri sendiri “ ya aku akan mati disini “. Tetapi ada yang aneh, dia di sebelahku seakan tak takut atas teror yang mengerikan yang terjadi dihadapannya. “Tidak biasa” untuk seorang wanita. Belum sempat memikirkan ini lebih jauh, aku dan dia akhirnya tertangkap oleh Alien. Yang membuatku terkejut, dia ternyata melakukan interaksi dengan Alien tersebut lewat semacam kode/sandi/bahasa seperti ini :

Dia :
Mengapa kalian datang ke bumi ?

Alien:
Ya, aku datang untuk menjemput tuan putri kembali. Manusia ternyata tidak menghargai mu disini. Kita akan memusnahkan mereka !
Dia : Hentikan perbuatan kalian ! Aku tidak apa – apa. Aku ikhlas. Yang penting aku sudah berbuat baik. Tuhan mendengarnya dan dia memberikan pria yang tepat kepadaku saat ini.
Alien :
Siapa pria itu tuan putri ?
Dia :
 Itu !! ( sambil menunjuk ke arah ku )
Alien :
 Dia bodoh dan aneh.
Dia :
Itulah dia ! Tolong hentikan semua ini. Pergilah kembali ke rumah !
Alien :
 Baiklah. Tapi kita tidak akan pergi tanpa tuan putri.
Dia : Baiklah, aku ikut kalian. Tapi janji untuk hentikan semua ini. Tapi aku boleh mengajaknya ikut kan ?
Alien :
 Baiklah, lakukan sesuka anda tuan putri.

Belum selesai sistem penganalisa bahasa antena ku bekerja, aku sudah ditarik untuk naik ke armada luar angkasa raksasa yang terlihat mirip dengan USS Enterprise dalam serial Star Trek. Sepintas antena ku menerjemahkan bahwa mereka berbicara seperti menggunakan bahasa MT Ektra dalam MS Word. Lanjut cerita, aku pun sedih harus meninggalkan bumi untuk waktu yang aku sendiri tidak tahu kapan akan kembali. Tapi setidaknya kesedihanku dapat terobati, aku tetap bersama dia di kapal ini untuk pergi ke planetnya. Ternyata memang benar dia adalah Alien. Tidak ada keputusan lain yang dapat aku ambil sekarang selain melanjutkan perjalanan ini. Perjalanan menuju dunia baru....

( Hei bangun pemalas ! kamu sudah tertidur seharian dan tidak bangun ! Mau jadi apa kamu kalau tidak peduli dengan dirimu sendiri nak !! ( menggedor sambil membuka pintu kamar ) | Hah, ini semua mimpi yah bu ?!? Dia dan Alien itu...( kaget dan terbangun ) | Ibu tidak peduli  kamu bermimpi bertemu Alien atau apalah, tapi yang jelas segera bangun !! | Ah sayang sekali ini cuma mimpi, aku harap ini menjadi kenyataan ( menggumam dengan suara berbisik..) | Kenapa diam saja ! jangan bertindak aneh dan bodoh seperti itu ! segera mandi dan lakukan tugasmu !! | IYAAA santaiii !!! aku bangun.. tapi ibu jangan  tega bilang aku bodoh dan aneh lagi dong ! Setidaknya aku kan anak ibu sendiri ! Lihat antena di telingaku sekarang..ini turunan dari kakek kan !!! | Hmmmmm...( ibuku ke luar kamar tanpa berbicara, malah menutup pintu kamarku lagi dengan pelan dan tak bersuara...hingga pintu tsb tertutup rapat kembali...... )















5 Alexander Rizki's Blog: PARAMNESIA  Kontributor  JALU ANDHIKA (I)            Aku ? Kata orang setengah dari sosok diriku adalah keanehan dan setengahnya lagi...

No comments:

Post a Comment

< >