Review dan Refleksi Terhadap Film Apocalypto

Gambaran kisah atas Film Apocalypto

Apocalypto merupakan film yang mengisahkan tentang suatu kehidupan di dalam sebuah peradaban primitif kuno yang terdapat di Benua Amerika, yaitu di sekitar Terusan Panama, tepatnya di peradaban Suku Maya. Dalam film tersebut dikisahkan suatu sub-klan dari Suku Maya yang hidup dengan cara tradisional yaitu dengan berburu. Mereka tinggal dalam pedalaman hutan tropis di Benua Amerika. Dalam kehidupan kesehariannya, mereka mengisi kegiatan dengan berburu dan mengasuh keluarga mereka dengan cara tradisional dan penuh dengan interaksi sosial lainnya.

Dalam interaksi sosial, tentunya banyak terdapat kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam komunitasnya diantaranya kerjasama dan pertengkaran dan pertengkaran inilah yang sering di lakukan oleh subklan dari suku tersebut. Salah satu perengkaran yang sering terjadi adalah bermula dari keisengan beberapa pemburu terhadap pemburu lainnya yang memang mengalami gangguan, yaitu mandul, dalam kejadian itu pemburu yang mandul tersebut sering diganggu dan dikerjai oleh rekan-rekan satu klan tersebut.

Kehidupan klan tersebut berjalan dengan normal seperti biasa, hingga suatu saat sekelompok pemburu dari klan tersebut bertemu dan mendapati klan lainnya yang sedang panik ingin mengungsi melewati desa mereka, dan hal tersebut yang membuat seluruh pemburu heran karena mereka mengungsi dengan keadaan luka-luka, dan para pemburu tersebut menjadi bertanya-tanya dan takut. Salah satu pemburu tersebut dijuluki Jaguar Paw.

Setelah melihat kejadian tesebut Jaguar Paw, memiliki feeling dan mimpi bahwa malapetaka akan datang, dan ternyata mimpi tersebut benar terjadi. Desa dari klan mereka diserang dan dihancurkan oleh klan lain dari suku maya juga, yang lebih dominan, mereka membunuh dan menculik para warga desa tersebut untuk dijadikan tumbal sesembahan saat gerhana matahari tiba. Akhirnya dengan serangan tersebut, warga desa yang tadinya cukup banyak untuk membuat sebuah klan akhirnya habis dan punah, dan hanya menyisakan beberapa orang saja yang survive, diantaranya Jaguar Paw.

Jaguar Paw yang beruntung masih hidup akhirnya ditawan oleh klan pembantai tersebut, dan dibawa ke kota dan akan dijadikan persembahan oleh raja untuk menghentikan gerhana matahari yang terjadi. Beberapa warga desa yang ditawan juga banyak yang dijual, dibunuh ditengah jalan dalam tawanan, dan banyak pula yang dipenggal kepalanya untuk dijadikan persembahan bagi dewa.

Akhirnya saat gerhana matahari itu usai, Jaguar Pow berhasil melarikan diri dari usaha pembunuhan dari sisa persembahan yang tidak jadi di penggal, Jaguar Pow pun tidak sengaja akhirnya membunuh anak dari kepala klan pembantai tersebut dan akhirnya membuat murka klan pembantai tersebut. Akhirnya para pembantai tersebut mencari Jaguar Paw untuk dibunuh. Jaguar Paw melarikan diri ke desanya di tengah hutan untuk menyelamatkan istrinya yang memang masih hidup namun terperangkap. Dalam pengejarannya para klan pembantai tersebut akhirnya tewas satu-persatu ditangan kecerdikan dari Jaguar Paw, hingga menyebabkan ketua pembantai tersebut tewas dalam perangkap yang dibuat oleh Jaguar Paw. Saat Jaguar Paw kehabisan tenaga untuk berlari akhirnya Jaguar Paw sampai pada tepi pantai, lalu dua orang pembantai yang tersisa akhirnya sampai pula ke tepian pantai. Lalu mereka bertiga terperangah atas apa yang mereka lihat, ternyata datang tentara dari ras lain yang datang entah untuk menjajah atau untuk menolong, yaitu dari Ras kaukasoid Eropa, dan film pun berakhir.

Refleksi atas Film Apocalypto

            Kisah dalam tayangan film Apocalypto menggambarkan bahwa bila kita belum atau tidak memandang persatuan sebagai sesuatu hal yang penting maka akan menyebabkan kehancuran, dalam refleksi kita, kita dapat melihat bila dalam kehidupan masyarakat kita tidak mengutamakan persatuan dan kesatuan maka akan menyebabkan perpecahan diantara masyarakat, seperti timbulnya tawuran antar warga masyarakat, antar pelajar dll. Persatuan dapat meningkatkan kekuatan bangsa terhadap serangan eksternal, tetapi juga sebaliknya bila persatuan tidak dibangun dari lingkungan terkecil maka masalah persatuan akan menghancurkan dari sisi internal suatu bangsa.

            Dalam film tersebut juga terkandung nilai bahwa pentingnya saling menghargai dan toleransi. Dalam kisah apocalypto tersebut dikisahkan seorang pemburu yang mandul, namun dia akhirnya dikerjai oleh warga desanya, dan itu membuat perasaan yang tidak menyenangkan pada diri sang pemburu mandul tersebut. Dengan tidak adanya rasa simpati dan empati dalam masyarakat, maka persatuan yang telah dikemukakan tadi menjadi sulit terwujudkan atau bahkan tidak mungkin dapat diwujudkan, karena rasa empati dan simpati merupakan modal utama timbulnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kehidupan kita sehari-hari rasa empati dan simpati dapat berupa rasa saling tolong menolong terhadap orang lain yang sedang kesulitan, baik secara kesehatan, ekonomi, sosial, dll. Dengan kita menumbuhkan semangat empati tersebut kita akan dapat medorong rasa persamaaan, saling menghargai dan toleransi antar warga masyarakat, sehingga persatuan akan dapat terwujud.

            Hal yang paling penting dari kisah film tersebut adalah kita harus memandang perbedaan sebagai hal yang memperkaya bangsa, dan mempersatukan bangsa, bukan sebaliknya. Dalam kisah film tersebut suatu perbedaan merupakan suatu hambatan yang membuat suatu kaum harus dimusnahkan, seperti kaum dari klan Jaguar Pow yang dianggap sebagai kaum persembahan bagi dewa matahari, maka dengan adanya anggapan kaum pesembahan, kaum tersebut harus dimusnahkan. Pelajaran yang dapat kita ambil dari hal ini adalah, bahwa kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia yang terdiri atas latar belakang suku, agama, ras yang berbeda, harus memandang perbedaan ini sebagai sebuah kekayaan dari Bangsa Indonesia, bukan sebagai hambatan dan kendala, karena jika kita memandang semua ini menjadi kekayaan, kita akan lebih membuka diri terhadap golongan yang berbeda satu sama lain dan hal tersebut kemudian akan menimbulkan rasa empati dan simpati sehingga timbul rasa saling memiliki antar suku bangsa, bila hal tersebut telah terjadi akan menghasilkan persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat yang akan tahan terhadap gangguan dari dalam dan luar bangsa. Bila persatuan tersebut telah tejaga, maka Bangsa Indonesia akan dapat optimis maju sebagai bangsa yang kuat dihadapan bangsa lainnya di dunia ini.

            Kita dapat lihat berbagai negara maju di dunia adalah negara yang tingkat konflik antar suku bangsanya yang paling rendah, atau tidak ada sama sekali, kita bisa lihat negara-negara di eropa dan amerika serikat. Mereka merupakan negara dengan latar belakang yang berbeda, tetapi mereka berhasil menyatukan paham itu dan akhirnya timbul sebagai kekuatan dunia yang baru. Bahkan negara-negara di benua eropa telah mengikrarkan diri sebagai suatu kesatuan Uni Eropa, atau perhimpunan bangsa eropa. Mereka pada dasarnya telah sadar bahwa dengan hanya persatuanlah mereka akan dapat lebih maju dan berkembang. Amerika Serikatpun pada dulu saat masa-masa perang saudara, mereka tidak tumbuh sebagai bangsa yang kuat, tetapi saat mereka sadar bahwa persatuan adalah modal yang utama, maka mereka bersatu sebagai bangsa yang kuat yaitu Amerika Serikat, lantas bagaimana dengan keadaan di Indonesia saat ini? Tengoklah siaran berita di televisi, konflik selalu bermunculan silih berganti, dari konflik keluarga, konflik antar desa, konflik suporter, konflik agama, konflik pilkada, konflik antar suku dll. Semuanya serba konflik. Lantas pertanyaannya, bagaimana kita bisa mau maju bila kita masih berpaham sempit hanya golongan kita yang benar? Mengapa kita tidak ingat bahwa kita merdeka pun hanya karena bangsa ini bersatu melawan penjajah? Ayolah, kita hanya akan dapat tumbuh sebagai bangsa yang kuat bila kita mengutamakan persatuan diatas kepentingan pribadi. Kita harus memulai itu dari lingkungan kita sendiri, dari pribadi kita, dari hal kecil dan dari saat ini, maka niscaya Indonesia akan hadir dipentas bangsa-bangsa terkuat di dunia. Kami yakin itu.

             

Search Post

Label :